Jumat, 21 November 2008

KERJA KERAS


Seorang dokter medis memilih mendapat penghasilan sebagai seorang employee, sebagai pegawai di rumah sakit besar milik pemerintah. Tentu dia dapat gaji tetap sebagai pegawai negeri sipil. Dokter ini juga bisa memutuskan memperoleh penghasilan sebagai seorang self employee, pekerja lepas, dan membuka praktek pribadi, mendirikan kantor, menyewa pegawai, dan membuat daftar klien pribadi.
Atau dokter ini bisa merangkap menjadi sorang business owner (pemilik usaha), memiliki sebuah klinik atau laboratorium dan mempekerjakan dokter lain sebagai stafnya. Dokter ini mungkin akan menyewa seorang manajer bisnis untuk menjalankan organisasai usahanya. Dengan demikian, ia adalah pemilik bisnis itu tapi tidak perlu ikut bekerja. Dokter ini juga bisa memutuskan memiliki bisnis yang tidak berkaitan dengan bidang medis, sementara masih melakukan praktek kedokteran di tempat lain.
Sang dokter energik ini juga bisa memperoleh penghasilan dengan menjadi investor dalam bisnis orang lain, real estate misalnya.
Singkat kata seseorang bisa bekerja keras memperoleh penghasilan dari keempat kuadran, kuadran E (sebagai Employee), kuadran S (self employee), dan kuadran B (business owner), serta di kuadran I (sebagai Investor).
---------------------------------
(disadur oleh Muhammadun dari buku Cashflow Quadrant karya Robert T. Kiyosaki )
Continue Reading...

KERJA IKHLAS

Motivasi merupakan dorongan untuk berbuat yang berasal dari dalam diri manusia. Motivasi dalam suatu perbuatan memegang peran sangat penting. Kuat lemahnya upaya yang dikerahkan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat ditentukan oleh motivasinya. Oleh karena itu, mengetahui dan membina motivasi yang benar adalah suatu kemestian bagi siapa saja yang ingin meraih keberhasilan. Menurut M M Ismail (1992) Motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni motivasi fisik-material, motivasi psiko-emosional, dan motivasi spiritual.
Motivasi spiritual adalah motyivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh kesadaran seorang dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang menciptakan manusia, menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan pertanggungan inilah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, meski harus mengorbankan harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan dalam batas yang diperintahkan Allah SWT. Inilah konsep lillahi Ta’ala (demi Allah semata). Inilah inti yang dimaksud kerja Ikhlas. Kerja yang mermpunyai dimensi spiritual. Dia bukan berarti abai terhadap motiv materi, atau psiko-emosioanl, namun dengan prinsip kerja ikhlas seseorang semakin optimistik. Karena yakin selalu di-back-up oleh Dzat yang serba Maha. Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta.
Bila ditanamkan, dibina dan dijaga dengan sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu membentuk pribadi yang konsisten, teguh dan berani. Pada masa Rasulullah, motivasi ini mampu menggetarkan musuh pada Perang Badar meski pasukan musuh berjumlah tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin. Pada masa sekarang, kita dapati pada pejabat yang jujur. Mereka berani menolak uang suap milyaran rupiah meski sesungguhnya dari segi materi uang sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi keimanannya kepada Allah mencegahnya untuk berbuat seperti itu.Maka, motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan terpacu untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus harapan hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi Penyayang. Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.(by cak dun)
Continue Reading...

KERJA CERDAS


Zaman dahulu kala ada sebuah desa kecil yang indah. Tempat itu sangat menyenangkan, sayangnya disana ada sebuah masalah. Desa itu tak punya air jika hujan tidak turun. Untuk menuntaskan masalah itu selamanya, para tetua desa memutuskan menawarkan kontrak bagi pengiriman air harian ke sana. Dua orang mengajukan diri melakukan tugas itu dan para tetua memberikan kontrak itu kepada mereka berdua. Mereka merasa bahwa persaingan akan menekan harga hingga tetap rendah dan menjamin persediaan cadangan air.
Orang pertama yang mendapat kontrak itu, Edo, langsung berlari pergi, membeli dua ember baja dan mulai lari bolak-balik menyusuri jalan setapak menuju danau yang jaraknya satu setengah kilometer dari desa. Ia langsung mulai menghasilkan uang saat bekerja keras dari pagi hingga petang, mengangkut air dari danau dengan kedua embernya. Ia menuangkan kedalam tangki penyimpanan terbuat dari beton yang telah dibangun penduduk desa itu. Setiap pagi ia harus bangun sebelum orang lain bangun supaya bisa memastikan ada cukup air bagi penduduk desa saat mereka memerlukannya. Ia harus bekerja keras, tapi ia sangat senang karena bisa menghasilkan uang dan karena mendapatkan salah satu kontrak eksklusif dalam bisnis penyediaan air itu.
Pemegang kontrak kedua, Billy, beberapa saat menghilang. Ia tidak terlihat selama berbulan-bulan, yang membuat Edo sangat bahagia karena ia jadi tidak punya saingan. Edo mendapat semua pemasukan.
Bukannya membeli dua ember untuk bersaing dengan Edo, Billy membuat rencana usaha, mendirikan perusahaan, mendapatkan empat penanam modal, mengangkat seorang presidan eksekutif untuk untuk menjalankan usahanya, dan kembali enam bulan kemudian dengan kru bangunan. Dalam waktu satu tahun timnya telah membangun jaringan pipa baja antikarat bervolume besar yang menyambungkan desa dengan danau.
Pada pesta pembukaan, Billy mengumumkan bahwa airnya lebih bersih daripada air produksi Edo. Billy tahu ada banyak keluhan tentang kotoran dalam air Edo. Billy juga mengumumkan bahwa ia bisa memasok air untuk desa selama 24 jam sehari. Tujuh hari seminggu. Sementara Edo hanya mampu mengantarkan air pada hari kerja, ia tidak bekerja pada akhir pekan. Lalu Billy mengumumkan bahwa ia akan memberikan harga 75 % lebih murah daripada harga yang dipasarkan Edo untuk sumber airnya yang berkualitas lebih tinggi dan lebih bisa diandalkan. Penduduk desa bersorak sorai dan langsung berlari ke kran di ujung saluran pipa Billy.
Supaya bisa bersaing, Edo langsung menurunkan harganya sebanyak 75 %, membeli dua ember lagi, menambahkan penutup pada ember-embernya, dan mulai mengangkut empat ember satu kali jalan. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, ia mempekerjakan kedua anak laki-lakinya untuk membantunya melakukan giliran kerja malam dan pada akhir pekan. Ketika mereka pergi sekolah ke perguruan tinggi, Edo berkata pada mereka, “ Cepatlah kembali karena suatu saat bisnis ini akan menjadi milik kalian.”
Entah kenapa, setelah lulus perguruan tinggi, kedua putranya tak pernah kembali. Akhirnya Edo mendapat masalah-masalah kepegawaian. Serikat pekerja menuntut kenaikan gaji, peningkatan tunjangan, dan ingin anggotanya hanya mengangkut satu ember sekali jalan.
Billy di lain pihak, sadar bahwa jika desa itu membutuhkan air berarti desa-desa yang lain juga membutuhkannya. Ia menulis ulang rancangan bisnisnya dan pergi untuk menjual sistem penyaluran air bersihnya yang berkecepatan tinggi, bervolume besar, dan berbiaya rendah ke desa-desa di seluruh dunia. Memang ia hanya mendapatkan satu penny untuk setiap ember yang ia salurkan. Tapi ia mengirimkan miliaran ember air setiap hari, dan semua uang itu mengalir ke dalam rekening banknya. Billy telah membangun saluran pipa untuk mengalirkan uang bagi dirinya sendiri selain untuk menyalurkan air ke desa-desa.
Billy hidup santai dan kaya raya selamanya, sementara edo bekerja keras seumur hidupnya dan selalu mempunyai masalah finansial. Tamat.

(…………..disadur oleh Muhammadun dari buku The Cashflow Quadrant karya Robert T. Kiyosaki).
Continue Reading...

TEORI MOTIVASI

OLEH : Ir. Mukhamadun, MSi ( widyaiswara balai diklat Kehutanan Pekanbaru)
PENGANTAR
Belajar dari kegagalan
“Sucsess is my raight “, ini semboyan Andrie Wongso. Ya, memang setiap kita berhak sukses. Setiap kita harus termotivasi untuk sukses. Andrie Wongso sering mengajak kita untuk belajar dari kegagalan. Dari kegagalan-kegagalan, asal kita terus istiqomah, tekun. Sukses bisa diraih.
Thomas Alfa Edison, salah satu contohnya. Apa jadinya jika Anda tuli, terlahir miskin, dan bahkan dicap idiot oleh sebagian orang? Jangan putus asa, lakukan sesuatu, maka Anda mungkin akan dikenang sepanjang masa. Ada seorang anak yang telinganya tuli sebelah dan dianggap idiot sehingga dikeluarkan dari sekolah.
Namun, berkat bimbingan ibunya, plus ketertarikannya pada ilmu pasti, ia banyak melakukan penelitian dan pengamatan terhadap banyak hal. Karena hobinya itu, hingga dewasa ia kemudian menemukan banyak hal, bahkan lebih dari seribu penemuan. Satu ucapannya yang terkenal hingga kini adalah "bakat itu adalah 1% ilham ditambah 99% kerja keras”.
Thomas Alfa Edison, penemu lampu, pada mulanya dianggap bodoh oleh gurunya, sehingga dia dikeluarkan dari sekolahnya. Ibunya memutuskan untuk mengajari sendiri anaknya, karena tak ada sekolah yang mau menerimanya. Karier penemuannya diawali setelah membaca buku School of Natural Philosophy karya RG Parker (isinya petunjuk praktis untuk melakukan eksperimen di rumah) dan Dictionary Of Science. Ibunya lalu membuatkan sebuah Laboratorium kecil buat dia.
Penemuan terbesarnya adalah Lampu pijar. Namun sebenarnya Thomas Alfa Edison telah menemukan banyak alat dan telah dipatenkan. Penemuan yang dipatenkannya tercatat sebanyak 1.093 buah. Pada saat menemukan Lampu Pijar ini Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali. Baru pada percobaannya yang ke 9.999 dia berhasil secara sukses menciptakan lampu pijar yang benar-benar menyala terang. Pada saat keberhasilan dicapainya, dia sempat ditanya: Apa kunci kesuksesannya. Thomas Alfa Edison menjawab: “SAYA SUKSES, KARENA SAYA TELAH KEHABISAN APA YANG DISEBUT KEGAGALAN”. Bayangkan dia telah banyak sekali mengalami kegagalan yang berulang-ulang. Bahkan saat dia ditanya apakah dia tidak bosan dengan kegagalannya, Thomas Alfa Edison menjawab: “DENGAN KEGAGALAN TERSEBUT, SAYA MALAH MENGETAHUI RIBUAN CARA AGAR LAMPU TIDAK MENYALA”. Luar biasa, Thomas Alfa Edison memandang kegagalan dari kaca mata yang sangat positif. Kegagalan bukan sebagai kekalahan tapi dipandang dari sisi yang lain dan bermanfaat, yaitu mengetahui cara agar lampu tidak menyala.
Cara pandang positif Thomas Alfa Edison, tidak menyurutkan semangat, bahkan tetap mampu meyakinkan orang lain untuk mendanai “Proyek Gagal” nya yang berulang-ulang. Ini juga satu hal yang luar biasa. Adakah kita mampu menyakinkan orang untuk mendanai riset kita yang telah gagal berulang-ulang? Tentu bukan pekerjaan yang mudah bukan? Mari kita belajar banyak dari Thomas Alfa Edison ini !
Pesan penting bagi kita semua adalah bahwa seorang Thomas Alva Edison tidak menganggap kekurangan pada dirinya sebagai cacat yang memalukan. Sebaliknya, ia menganggap kekurangan itu sebagai karunia yang patut disyukuri, karena ia tidak perlu mendengar kebohongan, berita negatif atau kata-kata yang dapat mengendorkan semangatnya. Gangguan pendengaran baginya adalah anugrah yang membuatnya mampu memanfaatkan waktu secara maksimal dan lebih konsentrasi berpikir untuk menciptakan penemuan yang bermanfaat bagi manusia.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki keistimewaan yang tampak sebagai kelebihan maupun kekurangan. Thomas Alva Edison memanfaatkan keistimewaan tersebut untuk menciptakan prestasi hidup. Itu pertanda bahwa kemampuan kita memanfaatkan keistimewaan yang ada di dalam diri kita sendiri ternyata lebih menentukan keberhasilan dibandingkan kekuatan kita yang lain misalnya kecerdasan, kondisi fisik yang sehat dan menarik, bakat, kekayaan, dan lain sebagainya.
Contoh lain adalah seorang fisikawan Stephen Hawking menderita penyakit ALS atau degenarative disease, yaitu penyakit langka yang muncul akibat rusaknya sel-sel syaraf pengontrol otot-otot tubuh, seharusnya beristirahat total. Tetapi ia memilih terus berkarya dan berhasil meraih sejumlah penghargaan berharga. Ia mengatakan selalu berusaha hidup senormal mungkin, tidak terlalu memikirkan rasa sakit maupun keterbatasan kemampuannya.
Di Indonesia, nama Pepeng pelawak sekaligus pembawa acara populer juga pernah lumpuh akibat multiple sclerosis. Namun pria kelahiran Sumenep, Madura, 52 tahun silam ini bukan orang yang mudah menyerah. Ia menerima kelumpuhannya dengan ikhlas.
Sangat banyak orang yang memiliki nilai lebih dari segi kondisi fisik, kecerdasan, bakat yang mengagumkan, pendidikan dan lain sebagainya tetapi tidak berhasil dalam hidupnya. Karena hanya sebagian kecil diantara mereka yang bersedia memanfaatkannya. Thomas Alva Edison, Hawking, dan Pepeng adalah contoh orang-orang yang penuh semangat dan kegigihan yang luar biasa dalam memanfaatkan seluruh keistimewaan mereka dalam berkarya di tengah keterbatasan

BERAWAL DARI MIMPI
Bermimpilah besar dan terus bermimpi besar, kata pepatah. Karena semua yang kita nikmati sekarang berasal dari mimpi yang dianggap tidak mungkin. Dulu Sosrodjojo ditertawakan orang karena dinilai bermimpi menjual the dalam kemasan botol. Atau Tirto Utomo yang ditertawakan karena idenya menjual air minum kemasan. Ide itu kini terwujud sebab siapa yang tak kenal The Botol Sosro dan Aqua. Kini merk itu telah jadi trend setter dari produk the dan minuman mineral sejenis.
Di Amerika ada Bill Gates yang meninggalkan bangku kuliah bisnis di Harvard, sebuah sekolah elit di Amerika dan serius menekuni microsoftnya. Dia bermimpi kelak di seluruh dunia akan ada Komputer Pribadi (PC) di setiap rumah. Impian itu menjadi slogan yang dikenal luas dengan “Computer on every desk and in every home“.Mimpinya jadi kenyataan
Jika kita telah berani bermimpi, sebenarnya mimpi itu bias kita wujudkan dengan kerja keras dan kesungguhan. Jangan takut bermimpi, walaupun anda membuka usaha skala kecil saja di rumah
Berani adalah modal
Jika anda sudah memiliki mimpi dan ide yang baik, kenapa tidak mulai sekarang? Beranikan diri untuk mencoba. Berani adalah modal seorang enterpreuner. Mencoba ide atau gagasan secara langsung adalah tantangan yang menyenangkan. Banyak ilmu didapat disbanding sekedar membaca teorinya saja.
Andaikan modal adalah alas an terbesar anda maka ketahuilah banyak pengusaha yang sukses yang mulai usaha dari nol. Ada yang berjualan batik titipan orang, keuntungannya dijadikan modal usaha seperti Dyah Suminar, pengusaha wanita asal yogya. Ada pula Purdi Chandra, pemilik bimbingan Belajar Primagama, yang memulai usaha hanya dengan 300 ribu hasil melego sepeda motornya. Lihat pula Abdullah Gyamnastiar yang merintis divisi usaha pesantren Daarut Tauhid dengan menggelar dagangan yang modalnya berasal dari seorang janda. Jadi modal bukanlah permasalahan paling besar yang dihadapi oleh pebisnis pemula.
Menurut Tyas Soekarsono, dosen sekaligus pengusaha, keseriusan dan kesungguhan dalam bisnis juga menjadi factor yang menentukan keberhasilan bisnis yang Anda tekuni. Hal ini berlaku pula dengan bisnis yang dimulai dari rumah. “Kerja keras perlu tapi jangan sampai tidak efektif dan tidak efisien” ,ujarnya mengingatkan. Work hard and work smart adalah motto para enterpreuner. Jangan malas dan merasa puas atas yang didapat.
Hal penting lainnya adalah daya inovasi yang tinggi terhadap layanan produk dan jasa. Karena itu seorang pebisnis harus pandai mengikuti perkembangan pasar dan melihat perilaku pesaing. Pebisnis harus menyadari bahwa produk yang ditawarkan banyak, tapi apa yang membuat si calon konsumen itu beralih menggunakan produk dan jasanya. Disini pebisnis harus cerdik melihat kemungkinan­-kemungkinan yang terjadi.
Safir Senduk juga menegaskan sikap tidak boleh cepat mengharapkan hasil bagi para pebisnis pemula. Kesabaran itu diperlukan untuk beradaptasi dengan usaha yang mulai dirintis. Kadang kegagalan itu perlu dirasakan oleh pebisnis karena lewat kegagalanlah pengusaha akan mencoba menghindari kesalahan yang sama
Jika kita sudah berani mencoba maka kita harus berani gagal atau berani sukses. Intinya, seberapa keras kita berusaha itulah harga uang akan kita dapatkan. Tidak ada kamus gagal bagi yang berjiwa enterpreuner. Yang ada adalah seberapa cepat Anda bangkit dari kegagalan itu. Bagaimana, siap berbisnis?

TEORI-TE0RI MOTIVASI KONVENSIONAL
Motivasi adalah kekuatan yang memacu seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam suatu organisasi, motivasi anggota sangat penting karena tanpa keteguhan motivasi anggota maka upaya mencapai tujuan organisasi tersebut tidak akan berhasil dengan baik.
Ada empat hal yang harus dimaknai secara komprehensif berkaitan dengan motivasi dalam berorganisasi. Yakni, bahwa motivasi berisikan hal-hal yang bersifat positif, motivasi mengatur hubungan kerja, motivasi menentukan kinerja organisasi, dan motivasi tidak pernah boleh berhenti.
Jika seseorang anggota mendapat kepuasan dari fungsi dan perannya di dalam organisasi, bukan kepuasan akibat peningkatan status sosial atau keuntungan finansial, maka hal tersebut berarti yang bersangkutan memiliki motivasi intrinsik.
Sebaliknya, motivasi ekstrinsik berarti ada elemen lain di luar tugas pekerjaan sebagai faktor utama yang memotivasi seseorang anggota organisasi melaksanakan fungsi dan perannya di dalam organisasi, misalnya prestise atau besarnya kompensasi.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, saat ini pemahaman tentang motivasi tidak lagi terbatas pada pengertian tradisional di mana manajemen memotivasi anggota hanya melalui sistem insentif (anggota yang memberi keuntungan lebih besar kepada organisasi akan menerima insentif yang lebih besar). Model hubungan manusia kini mewarnai kaidah tradisional tersebut.
Kecenderungan saat ini adalah manajemen berupaya memotivasi anggota melalui pemenuhan kebutuhan sosial anggota sehingga anggota merasa penting dan berguna bagi organisasi.Landy & Becker, berbekal model hubungan manusia tersebut, menyusun lima kategori teori motivasi, yaitu Teori Kebutuhan, Teori Penguatan, Teori Keadilan, Teori Harapan, dan Teori Penetapan Sasaran.
Teori Kebutuhan (Hierarchy of Needs): Seseorang mempunyai motivasi jika belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Abraham Maslow merupakan penggagas teori kebutuhan yang paling populer. Teori Hirarki Kebutuhan-nya mengutarakan, motivasi manusia berdasarkan lima kebutuhan dengan urutan dari terendah sampai dengan tertinggi sebagai berikut: fisiologis -> keamanan -> sosial -> harga diri -> aktualisasi diri.Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhanya tersebut secara bertahap. Apabila satu tahapan kebutuhan telah terpenuhi maka kebutuhan tersebut tidak lagi menjadi motivator.John W. Atkinson mengelompokkan tiga kebutuhan yang memacu motivasi intrinsik, yakni kebutuhan berprestasi (needs for achievement), kebutuhan berkuasa (needs for power), dan kebutuhan berafiliasi (needs for affiliation). Teori ERG:Seseorang yang belum mampu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi akan kembali pada kebutuhan yang lebih rendah. Clayton Alderfer mempopulerkan teori ini berdasarkan pada norma keberadaan (Existence), hubungan (Relatedness), dan pertumbuhan (Growth). Alderfer menyampaikan, penekanan teori ini adalah pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu ke waktu atau dari situasi ke situasi.
Teori Keadilan (Justice). faktor utama motivasi kerja adalah evaluasi individual terhadap keadilan penghargaan yang diterima. Stoner, yang mengemukakan teori ini, berpendapat bahwa harus ada perbandingan yang memadai antara input - output. Menurutnya, seseorang anggota organisasi akan lebih memotivasi dirinya jika rasio input - output yang dimiliki sama dengan rasio input - output yang dimiliki anggota lain. Dengan demikian persepsi anggota organisasi terhadap keadilan peraturan organisasi (procedural juctice) dalam membagi imbalan menjadi sangat penting.
Teori Harapan (Hopes) :Seseorang menentukan tingkah lakunya berdasarkan berbagai alternatif dengan harapan memperoleh keuntungan dari setiap tindakan yang dipilihnya. Menurut Gordon, teori ini terdiri atas tiga elemen dasar: harapan, instrumentalitas, dan valensi. Harapan mengacu pada persepsi individu bahwa usaha akan menghasilkan kinerja (seperti, produktivitas atau peningkatan penjualan). Instrumentalitas mengacu pada persepsi individu bahwa kinerja dapat berupa hasil yang positif atau negatif (misal, promosi, kenaikan gaji, kelelahan, atau kesunyian). Valensi mengacu pada nilai individu yang melekat pada kinerja yang dihasilkan.
Teori Penguatan (Reinforcement) :tingkah laku berkonsekuensi positif cenderung berulang; tingkah laku berkonsekuensi negatif cenderung tidak berulang. B.F. Skinner, pengemuka teori ini menyampaikan bahwa tindakan seseorang pada masa lalu sangat mempengaruhi tindakan masa depan secara siklus dengan urutan sebagai berikut: rangsangan -> respon masa lalu -> konsekuensi -> respon masa depan. Manajemen biasanya memanfaatkan pendekatan ini untuk mengubah tingkah laku anggota organisasinya. Oleh karena itu lazim juga disebut teori modifikasi tingkah laku (behaviour modification) berdasarkan ide eksplorasi W. Clay Hamner.
Teori Penetapan Sasaran (Goal Setting): seseorang secara individu akan termotivasi apabila mempunyai kemampuan atau keterampilan untuk mencapai sasaran tertentu. Peter F. Drucker berpendapat, penetapan sasaran merupakan program yang terdiri atas tujuan yang spesifik dan ditentukan secara partisipatif untuk suatu periode yang jelas disertai dengan umpan balik mengenai kemajuan pencapaian tujuan. Fokus teori ini adalah pada proses penetapan sasaran yang dapat dibedakan atas sasaran spesifik (specificity), sasaran sulit (difficulty), dan sasaran diterima (acceptance). Penetapan sasaran tidak dilakukan secara sepihak oleh manajemen, melainkan penetapan sasaran melibatkan anggota organisasi dengan mengedepankan prinsip partisipasi agar memotivasi anggota untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi.

MEMILIH MOTIVASI YANG BENAR
Motivasi merupakan dorongan untuk berbuat yang berasal dari dalam diri manusia. Motivasi dalam suatu perbuatan memegang peran sangat penting. Kuat lemahnya upaya yang dikerahkan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat ditentukan oleh motivasinya. Oleh karena itu, mengetahui dan membina motivasi yang benar adalah suatu kemestian bagi siapa saja yang ingin meraih keberhasilan.
Motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni:
Motivasi fisik - material.
Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk mendapatkan imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani, baik berupa barang atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat sementara. Sangat pragmatis. Misalnya orang yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan guna menutupi rasa lapar, maka ketika sudah kenyang ia akan kehilangan motivasi. Sebaliknya, ia pasti akan kehilangan motivasi untuk melakukan perbuatan yang justru membuat ia lapar, misalnya berpuasa. Apalagi memperjuangkan suatu kebenaran, yang mungkin akan membuatnya menderita. Jadi, motivasi fisik material sekalipun ada dan memang perlu, tapi sulit untuk dikembangkan untuk menjadi pendorong utama bagi manusia dalam berusaha.

(2) Motivasi psiko-emosional
Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena suatu kondisi kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan, kehormatan, kebanggaan dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin. Misalnya, seseorang berani melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai telah merusak nama baiknya. Atau berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta dan jiwa demi menjaga kemerdekaan. Ingin popularitas atau ksohor dan ngetop. Atau perti lakon film-film kungfu, balas dendam seringkali jadi motivasi perseteruan mereka. Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat bila dibandingkan dengan motivasi fisik – material, sebenarnya juga masih lemah dan sementara sifatnya.

(3) Motivasi spiritual atau ruhiyah
Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh kesadaran seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang menciptakan manusia, menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan pertanggungan inilah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, meski harus mengorbankan harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan dalam batas yang diperintahkan Allah SWT. Inilah konsep lillahi ta’ala (demi Allah semata). Bila ditanamkan, dibina dan dijaga dengan sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu membentuk pribadi yang konsisten, teguh dan berani. Pada masa Rasulullah, motivasi ini mampu menggetarkan musuh pada Perang Badar meski pasukan musuh berjumlah tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin. Pada masa sekarang, kita dapati pada pejabat yang jujur. Mereka berani menolak uang suap milyaran rupiah meski sesungguhnya dari segi materi uang sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi keimanannya kepada Allah mencegahnya untuk berbuat seperti itu.

Maka, motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan terpacu untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus harapan hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi Penyayang. Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.

TUJUAN PERBUATAN MANUSIA
Selain motivasi perbuatan, setiap manusia dituntut pula untuk mengetahui tujuan dari setiap perbuatannya, sehingga ia mampu menghasilkan sesuatu dengan baik. Tanpa adanya pemahaman tentang tujuan perbuatan itu, seseorang tidak akan dapat menentukan apakah ia berhasil ataukah tidak. Manusia juga akan sangat mudah terjebak untuk melakukan segala sesuatu hanya karena dasar materi belaka sebagaimana perilaku kebanyakan orang dalam era materialisme sekarang ini.
Nilai-nilai yang dapat diraih manusia antara lain:
(1) Nilai Materi.
Beberapa aktivitas manusia di antaranya memang akan memberi hasil berupa materi semisal uang dan harta kekayaan lainnya. Contohnya adalah bekerja. Dengan memahami bahwa bekerja adalah untuk memperoleh materi, maka seseorang akan mengarahkan usaha dagangnya untuk memperoleh keuntungan, usaha pertaniannya untuk memperoleh hasil panen yang baik, jika bekerja untuk orang lain ia akan bekerja dengan sebaik-baiknya agar dapat menerima upah atau gaji dan sebagainya.

(2) Nilai Kemanusiaan
Nilai ini berupa layanan atau sikap baik manusia kepada sesama manusia. Misalnya, membantu orang-orang yang kesulitan materi, menyelamatkan orang yang tenggelam, dan sebagainya. Semua ini dilakukan semata karena unsur kemanusiaan dan bukan untuk memperoleh nilai materi.

(3) Nilai psiko-emosional
Nilai akhlaq akan dicapai manakala dalam setiap perbuatan dihiasi dengan sifat-sifat (akhlaq) sesuai yang diperintahkan Allah SWT. Sikap jujur, amanah, peduli, menepati janji, sopan, tawadlu’ dan sebagainya merupakan sifat baik yang tidak memiliki nilai materi. Dengan kata lain, adalah tidak tepat jika seseorang menampakkan jujur dalam berdagang atau amanah dalam melakukan tugas karena ingin memperoleh keuntungan materi. Meski akhlaq juga berimplikasi positif terhadap perolehan nilai lainnya.

(4) Nilai Spiritual
Nilai spiritual dicapai dengan tujuan agar (kesadaran) hubungan seseorang dengan Tuhannya dapat meningkat. Nilai ini bersifat pribadi, sebab hanya dia yang dapat merasakannya, orang lain tidak. Misalnya ketika orang melakukan shalat, membayar zakat, berhaji dan sebagainya.

BAGAIMANA SEHARUSNYA MANUSIA BERBUAT?
Sebagaimana telah diketahui, ketika menciptakan manusia, Allah SWT melengkapinya dengan potensi-potensi kehidupan yang secara fitri akan mendorongnya untuk beraktifitas mewujudkan visi dan misi penciptaannya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Potensi kehidupan yang dimaksud berupa kebutuhan jasmani dan naluri.
Kebutuhan jasmani dapat berupa rasa lapar, haus dan keinginan buang hajat besar dan kecil, sementara naluri terdiri dari naluri beragama (gharizatu al-tadayun) yang perwujudannya berupa kecenderungan manusia untuk melakukan ibadah atau aktifitas mensucikan segala sesuatu yang dianggapnya besar; naluri melangsungkan keturunan (gharizatu al nau’) dimana perwujudannya diantaranya berupa ketertarikan manusia kepada lawan jenisnya; dan naluri untuk mempertahankan diri (gharizatu al baqa’), yang salah satu wujudnya adalah keinginan manusia untuk menjadi pemimpin.
Kebutuhan jasmani dan naluri itu menghendaki pemenuhan. Perwujudannya melalui tindakan dan usaha manusia. Persoalannya kemudian adalah bagaimana cara manusia memuaskan semua kebutuhan jasmani dan naluri-naluri itu. Bagi seorang muslim, upaya memenuhi dan menyalurkan segenap potensi kehidupan itu semestinya senantiasa harus berlandaskan pada aturan-aturan syariat Allah. Upaya pemenuhan i kebutuhan jasmani dan naluri dengan cara yang tidak sesuai dengan aturan Allah berarti bertentangan dengan hakikat visi dan misi penciptaan manusia itu sendiri.
Bila diperhatikan secara seksama, setiap manusia dalam melakukan setiap perbuatan akan melewati tahapan berikut, yaitu
(1) Berawal dari naluri atau kebutuhan jasmani,
(2) Mengindera dorongan yang muncul, berupa naluri atau kebutuhan jasmani,
(3) Menetapkan motivasi perbuatan,
(4) Berfikir tentang cara memenuhi dorongan dengan benar, baik dan sempurna sesuai dengan tuntunan syariah,
(5) Usaha apa yang diperlukan untuk memenuhi naluri dan/atau kebutuhan jasmani,
(6) Berupaya mendapatkan nilai yang ingin dicapai.

MOTIVASI BERPRESTASI
Prof. Dr. David C. McClelland, psikolog dari Universitas Harvard pada tahun 1961 merilis sebuah teori yang disebut motivasi berprestasi. Teori ini bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Dari penelitiannya – juga Murray (1957) serta Miller dan Gordon (1970) - dapat disimpulkan terdapatnya hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, manajer yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena motivasi berprestasinya juga rendah. Dan ternyata, motivasi berprestasi seseorang sangat berhubungan dengan dua faktor, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian. Artinya, orang akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi bila memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa. Ia akan mampu mencapai prestasi maksimal. Hal ini karena ia didukung oleh dua kemampuan yang berasal dari kedua faktor tersebut. IQ merupakan kemampuan potensi dan kepribadian merupakan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Dalam kondisi faktual seperti sekarang ini, sesuai dengan paradigma perubahan seperti telah dijelaskan di atas, maka harus dicetak “manusia-manusia pembangun” yang akan menggerakkan masyarakat ke arah perbaikan. Manusia pembangun adalah orang yang memiliki pengetahuan, keahlian dan ketrampilan dalam bidangnya, sekaligus memiliki mental pemimpin yang memotivasi proses perbaikan kelompok masyarakat di mana ia berada. Misalnya, dalam kelompok petani, kelompok wanita, kelompok remaja, perkumpulan guru-guru, perkumpulan rekan sekerja, kelompok mahasiswa, kelompok pelajar, atau yang lainnya. Ia memiliki kesadaran dan perhatian baik pada diri sendiri maupun orang lain dan memiliki motivasi untuk berprestasi.
Seorang pemimpin yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik, antara lain:
(1) memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi;
(2) memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang untuk merealisasikannya;
(3) memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang dihadapinya;
(4) melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan;
(5) mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.
Sebaliknya pemimpin yang motif berprestasinya rendah, dicirikan oleh sejumlah hal berikut :
(1) kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu aktivitas;
(2) memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik serta lemah rnelaksanakannya;
(3) bersikap apatis dan tidak percaya diri;
(4) ragu-ragu dalam mengambil keputusan;
(5) tindakannya kurang terarah pada tujuan.

Pembangunan masyarakat hanya dapat digalakkan oleh manusia-manusia yang memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungannya. Antara lain, ia harus mengenali diri sendiri dengan baik, dapat menerima dirinya sendiri dengan segala kelemahan dan keunggulan, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, tidak mudah terpengaruh, tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, tetapi memikirkan kepentingan kelompok atau masyarakat umum.
Kelompok yang berfungsi dengan baik maksudnya adalah adanya satu kelompok yang anggotanya mempunyai motivasi yang jelas, yang bekerja secara terkoordinasi, terarah, dan teratur, dan yang tidak terhambat oleh emosi, masalah-masalah pribadi atau masalah interaksi. Kelompok ini memperhatikan tugasnya maupun manusianya. Dalam kehidupan sehari-hari, sering terjadi adalah adanya masalah pada diri manusianya yang mengakibatkan tugas kelompok terganggu.
Di samping mempunyai sifat seperti dijelaskan di atas, penggerak masyarakat diharapkan supaya:
(1) dapat mengatasi perselisihan;
(2) dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat;
(3) dapat berpikir kreatif untuk mendorong dan merangsang orang lain;
(4) dapat merencanakan sesuatu dengan orang lain;
(5) mampu berunding dan bekerja sama dengan siapa pun;
(6) dapat mengurangi hambatan untuk bekerja sama di dalam kelompok tempat ia bekerja;
(7) dapat mengamati dan menangkap proses serta perkembangan di dalam kelompok;
(8) dapat berkomunikasi dengan jelas dan efektif;
(9) bersedia untuk memberi dan menerima umpan-balik (feed-back);
(10) bersedia untuk membagi pengetahuannya;
(11) menganggap orang lain sebagai partner yang berhak sama, bukan sebagai anak buah (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah).

PENUTUP
Kemalasan hanya akan mendatangkan penyesalan. Semangat bekerja, profesional dan trust (amanah) adalah kunci mencegah penyesalan. Oleh karena itu motivasi kerja harus dibangun dengan tepat, agar tidak pragmatis dan rapuh. Perubahan harus dimaulai dari sekarang. Gunakan waktu sebaik mungkin. Dengan upaya ini, insya Allah sedikit demi sedikit kita semua akan mengalami kemajuan. Oleh karena itu, inilah saatnya untuk mengatakan “Jika kita berfikir bisa maka Insya Allah akan bisa”. Wallahu a’lam bish shawab

BAHAN DISKUSI I


ABC Motivation

Taken from
The daily tonic
for people who want to succeed
by Geofrey Moss


Achievement
The greatest achievement come from the biggest challenges

Be brief, get to the point and know when to stop

Chalenge
Face up to your challenge, you’ll be glad when you have met it successfully

Delegate
The ability to delegate is the mark of a good leader

Experience without learning is better than learning without experience

Forgive
It’s good to forgive but the best to forget

Goal
Your goals should be three things, clearly define, realistic and measurable

Human Relation
If you can’t say anything good about a person, say nothing

Impression
You get only one chance to make a good first impression

Journey
The journey of a thousand miles begin with one step

Kindness
Speak your mind but still be kind

Live
Cherish your yesterdays, dreams your tomorrows but live well your today

Mistake
If you don’t make any mistake, you will never make anything

Networking
It’s not what you know but who you know that counts most
Opportunity
An optimist sees an opportunity in every calamity, a pessimist sees a calamity in every opportunity

Planning
Failure to plan is a plan for failure

Risk
Unless you are prepared to take a risk, you will do nothing, have nothing and be nothing

Success
The ABC of success is Ability, Breaks and Courage

Time
There is one thing you can’t recycle and that’s wasted time

Understand yourself in order to understand others

Venture
Nothing ventured, Nothing gained

Work
Don’t waste worrying about difficulties in the future, the may never come



BAHAN DISKUSI II

Cinta Sejati, Motivasi Hakiki

Dilihat dari usianya, beliau sudah tidak muda lagi. Usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam. Pak Suyatno, 58 tahun, kesehariannya dia isi dengan merawat istrinya yang sakit. Istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun . Mereka dikarunia 4 orang anak. Di sinilah awal cobaan menerpa. Setelah istrinya melahirkan anak mereka yang keempat, tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun.
Menginjak tahun ketiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.Setiap hari, Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia gendong istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara, tapi Pak Suyatno selalu melihat istrinya tersenyum. Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siang hari dia bisa pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya, Pak Suyatno pulang memandikan dan mengganti pakaian istrinya. Selepas maghrib, dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tanpa tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang. Bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah hati mereka. Sekarang, anak2 mereka sudah dewasa. Tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari, keempat anak Pak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, mereka tinggal dengan keluarga masing2. Pak Suyatno memutuskan mereka sendiri istri sekaligus ibu anak2 itu. Yang diinginkan Pak Suyatno hanya satu: semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2, anak yg sulung berkata, "Pak, kami ingin sekali merawat ibu. Semenjak kami kecil, kami melihat Bapak merawat ibu tanpa ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir Bapak. Bahkan, Bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu."
Dengan air mata berlinang, anak itu melanjutkan kata2nya, "Sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibu pun akan mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak jika terus berkorban seperti ini? Kami sudah tidak tega melihat bapak seperti ini. Kami janji akan merawat ibu bergantian”. Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka. "Anak2ku, jikalau hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi. Tapi ketahuilah, dengan adanya ibu kalian di sampingku, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian..." sejenak kerongkongannya tersekat, "kalian yg selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta, yg tidak ada satu pun yang lebih berharga dari itu. Coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini? Kalian menginginkan bapak bahagia. Apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang? Kalian menginginkan bapak yg masih diberi Allah Swt kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit?"
Meledaklah tangis anak2 Pak Suyatno. Mereka juga melihat butiran2 kecil air jatuh dari pelupuk mata Ibu Suyatno. Dengan pilu, ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Suatu saat, Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi narasumber dalam acara Islami selepas shubuh. Pemirsa di studio mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno bagaimana mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2. Pada saat itulah meledak tangis beliau, begitu pula dengan para tamu yg hadir di studio yang kebanyakan adalah kaum perempuan. Mereka tidak sanggup menahan haru saat mendengar Pak Suyatno bercerita:"Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai karena Allah Swt, semuanya akan luntur. Saya telah memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya. Sewaktu dia sehat, dia dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya, bukan hanya dengan mata. Dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2. Sekarang dia sakit, berkorban untuk saya karena Allah Swt (dengan melahirkan anak keempat--ed) dan itu merupakanujian bagi saya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit. Setiap malam, saya bersujud dan menangis. Saya dapat ceritakan (keluh kesah--ed) kepada Allah di atas sajadah. Dan saya yakin, hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya...."


BAHAN DISKUSI III
Ibu, I Miss You So Much"Oleh :Jamil Azzaini - Kubik LeadershipJakarta, Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula. Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang terjadi pada 2003. Pada September-Oktober 2003 isteri saya terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sudah tiga pekan para dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8 bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang tersambung ke sebuah layar monitor.Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata, "Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu". Sayapun menjawab "Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan setiap pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta izin saya" Dokter itu menjawab "Karena obat yang ini mahal Pak Jamil." "Memang harganya berapa dok?" Tanya saya. Dokter itu dengan mantap menjawab "Dua belas juta rupiah sekali suntik." "Haahh 12 juta rupiah dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok’ Dokter itu menjawab, "Sehari tiga kali suntik pak Jamil". Setelah menarik napas panjang saya berkata, "Berarti satu hari tiga puluh enam juta, dok?" Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar saya berkata, "Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar penyakit istri saya segera ditemukan." "Pak Jamil kami sudah berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak." jawab dokter. Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, "Ya Allah Ya Tuhanku... aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu, akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku lakukan juga akan Engkau balas. Ya Tuhanku... gerangan keburukan apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan Engkaupun mengetahui hal yang kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini."Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan. Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata berkata, "Pokoknya yang ngambil uangku kualat... yang ngambil uangku kualat..." Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku. Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah yang mengambil uang itu. Usai berdoa saya merenung, "Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu." Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya. Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya "Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebayak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?" "Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada yang ngambil," jawab ibu saya dari balik telepon. Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi. Sambil terbata saya berkata, "Ibu, maafkan saya... yang ngambil uang itu saya, bu... saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf... saat nanti ketemu saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu." Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu saya berkata: "Ya Tuhan pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat, aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh." Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan memohon doa darinya. Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata "Selamat pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu." Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya berkata. "Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dokter." Saya meninggalkan ruangan dokter itu.... dengan berbisik pada diri sendiri "Ibu, I miss you so much."
Continue Reading...

SKENARIO ADU DOMBA UMAT


Oleh : Muhammadun
Adanya politik adu domba di balik insiden Monas semakin menguat. Pernyataan jernih dan bijak dari KH Hasyim Muzadi patut kita cermati. KH Hasyim Muzadi mengingatkan pihak-pihak tertentu untuk tidak melibatkan NU menyusul insiden Monas 1 Juni. “NU akan memberikan sanksi kepada siapa pun yang melakukan provokasi,” tegasnya. Hasyim menyesalkan penggunaan dan pelibatan nama NU dan kelompok NU dalam masalah ini. “Karena relevansinya tidak ada antara NU dan Monas, NU dan FPI. Tapi, kenapa lalu ditulis korban itu adalah orang NU?” ujar Ketua PBNU Hasyim Muzadi dalam pernyataan tertulis pada detikcom, Selasa (3/6/2008).
KH Hasyim Muzadi juga mengingatkan pelibatan orang-orang NU yang menjadikan NU sebagai pihak yang juga terlibat dalam bentrok fisik itu. “Ini tidak boleh terjadi dan harus dicegah. Bentrok fisik sangat merugikan. Kita ingin menyelesaikan masalah Monas, bukan memperluas masalah itu,” tegasnya. Upaya mengadu domba antara NU dan ormas Islam lain seperti FPI memang sangat terasa. Tampak dari reaksi warga NU diberbagai daerah yang mendatangi markas FPI. Konflik horizontal pun dikhawatirkan meluas di daerah-daerah.
Tidak hanya itu , perluasan insiden Monas juga tampak dari upaya membangun opini seakan-akan lasyar Islam menyerang kelompok memperingati hari kesaktian Pancasila. Serangan ini dianggap ancaman terhadap Pancasila, ideologi negara, dan pada gilirannya dianggap merupakan ancaman terhadap negara. Upaya adu domba yang konflik horisontal ini tidak bisa dilepaskan dari grand-strategy negara-negara Imperialis untuk menghancurkan umat Islam dan kekuatan Islam. Untuk itu, negara-negara Imperialis seperti AS memanfaatkan LSM-LSM komprador yang menjadi kaki tangannya untuk memprovokasi konflik.
Campur tangan asing tampak dari kecaman kedubes AS terhadap insiden Monas. Kedubes AS di Indonesia mengeluarkan siaran pers yang mengutuk aksi kekerasan oleh FPI. AS menilai, aksi itu berdampak serius bagi kebebasan beragama dan dapat menimbulkan masalah keamanan. Namun, pernyataan Kedubes AS itu dinilai anggota Fraksi PKS di DPR, Soeripto, sebagai bentuk campur tangan AS dalam masalah dalam negeri. ”Itu tidak etis. Bahasa kasarnya intervensi. Seakan-akan pemerintah kita yang lemah,” katanya.
Skenario ini bisa terlihat dengan jelas dari rekomendasi Rand Corporation yang merupakan think-thank neo-conservative Amerika Serikat yang banyak mendukung kebijakan Gedung Putih. Dalam rekomendasi Cheryl Benard dari Rand Corporation berjudul CIVIL DEMOCRATIC ISLAM , PARTERS ,RESOURCES, AND STRATEGIES) yang dapat dibaca di
http://www.rand.org/ secara detil diungkap upaya untuk memecah belah umat Islam sebagai berikut.
STRATEGI : PECAH BELAH KELOMPOK ISLAM
Langkah pertama melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan kecendrungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi.
Pertama : Kelompok Fundamentalis : menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat kontemporer. Mereka menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem dan moralitas. Mereka bersedia memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka.
Kedua : Kelompok Tradisionalis: ingin suatu masyarakat yang konservatif. Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan.
Ketiga : Kelompok Modernis : ingin Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman.
Keempat : Kelompok Sekularis : ingin Dunia Islam untuk dapat menerima pemisahan antara agama dan negaradengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi.

STRATEGI BELAH BAMBU DAN ADU DOMBA
Setelah membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya yang penting yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik belah bambu. Mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, berikutnya membentrokkan antar kelompok tersebut. Upaya itu tampak jelas dari upaya membentrokkan antara NU yang dikenal tradisionalis dengan ormas Islam yang Barat sering disebut Fundamentalis seperti FPI, HTI, atau MMI
Hal ini dirancang sangat detil. Berikut langkah-langkahnya :
Pertama : Support the modernists first (mendukung kelompok Modernis)
· Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi.
· Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda.
· Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam.
· Memberikan mereka suatu platform publik
· Menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, dan sarana yang lainnya.
· Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” bagi kaum muda Islam yang tidak puas.
· Memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayannya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan.
· Membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil yang independent, untuk
· Mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.

Kedua, Support the traditionalists against the fundamentalists: Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
· Menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis.
· Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis.
· Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis.
· Jika memungkinkan, didik kaum tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka untuk mampu melakukan debat dengan kaum fundamentalis.
· Kaum fundamentalis secara retorika seringkali lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik „Islam pinggiran” yang kabur . Di tempat-tempat seperti di Asia Tengah, mereka mungkin perlu untuk dididik dan dilatih dalam Islam ortodoks untuk mampu mempertahankan pandangan mereka.
· Menambah kehadiran dan profil kaum modernis pada lembaga-lembaga tradisionalis.
· Melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda. Mendorong orang-orang dengan ketertarikan yang lebih besar atas modernisme.
· Mendorong popularitas dan penerimaan atas Sufisme
Ketiga, Confront and oppose the fundamentalists: Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis. Langkah-langkahnya antara lain :
· Menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak akuratannya.
· Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktiviats illegal.
· Mengumumkan konsekuensi dari tindakan kekerasan yang mereka lakukan.
· Menunjukkan ketidak mampuan mereka untuk memerintah, untuk mendapatkan perkembangan positif atas negara-negara mereka dan komunitas-komunitas mereka.
· Mengamanatkan pesan-pesan ini kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.
· Mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.
· Mendorong para wartawan untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris.
· Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.

Keempat, Secara selektif mendukung kaum sekuler:
· Mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama, mematahkan aliansi
· dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideology kiri.
· Mendorong ide bahwa agama dan Negara juga dapat dipisahkan dalam Islam dan bahwa Hal ini tidak membahayakan keimanan tapi malah akan memperkuatnya. Pendekatan manapun atau kombinasi pendekatan manapun yang diambil, kami sarankan bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja dan secara hati-hati, dengan mengetahui beban simbolis dari isu-isu yang pasti; konsekuensi dari penyesuaian ini bagi pelaku-pelaku Islam lain, termasuk resiko mengancam atau mencemari kelompok-kelompok atau orang-orang yang sedang kita berusahah bantu; dan kesempatan biaya-biaya dan konsekuensi afiliasi yang tidak diinginkan dan pengawasan yang tampaknya pas buat mereka dalam jangka pendek.
Demikianlah scenario Rand Corporation. Rand Corporation yang dulunya adalah perusahaan persenjataan Douglas Aircraft Company di Santa Monica/Kalifornia didirikan setelah berakhirnya perang dunia ke-2. Kini perusahaan tersebut melihat dirinya sebagai lembaga think tank independen, walaupun sebagian besar dana untuk 800 orang staf penelitinya didapatkan dari badan militer AS, Pentagon. Semoga Umat Islam dan seluruh rakyat Indonesia memahami ini, sehingga tidah mudah diadu domba. Karena jika terjadi konflik horizontal, umat Islam dan seluruh rakyat Indonesia yang akan rugi. Siapa yang tepuk tangan? Kaum penjajah.
Continue Reading...

PARADOKS DEMOKRASI

Oleh Muhammadun

Saturday, 19 January 2008 08:04
“The west won the world not by the superiority of its ideas, values or religion. But rather by its superiority in applying organized violence. Westerners often forget this fact, but non westerners never do.” (Prof. Samuel P Huntington).
Demokrasi dan kesejahteraan. Itulah topik hangat dalam Silaknas ICMI di pekanbaru. Nanat Fatah Natsir bahkan berharap Indonesia bisa menggapai kesejahteraan dengan jalan demokrasi (Riau Pos, 12/1/2008).
Padahal Indonesia sudah termasuk negara demokratis. Demikianlah pengakuan masyarakat dunia. Pasalnya, Indonesia telah berhasil mengembangkan dan mempraktikkan demokrasi yang ditandai dengan suksesnya penyelenggaraan Pemilu 2004 yang mengantarkan SBY—dari parpol yang baru terbentuk—menjadi presiden. Demikian tegas Ketua Komite Konferensi Dunia IAPC ke-40, Pri Sulisto, di Nusa Dua, Bali (Republika, 12/11/07). Indonesia akhirnya meraih “Medali Demokrasi”. Medali tersebut diberikan oleh IAPC (Asosiasi Internasional Konsultan Politik)—sebuah organisasi profesi yang memperjuangkan demokrasi di seluruh dunia—karena Indonesia merupakan negara pertama berpenduduk mayoritas Muslim yang dinilai melakukan proses demokrasi dengan sungguh-sungguh. Sementara itu, Co Chairman Komite Konferensi IAPC, ke-40, Robert Murdoch, menambahkan, selain sebagai penghargaan, dipilihnya Indonesia menjadi tempat pertemuan juga merupakan perwujudan perjuangan IAPC untuk mempromosikan demokrasi di seluruh dunia. (web.bisnis.com, 13/11/07). Namun Indonesia tidak kunjung sejahtera dengan gegap gempita demokrasi
Pertanyaannya, apakah demokrasi berkolerasi dengan kesejahteraan masyarakat? Apakah dengan demokrasi seluruh kebutuhan masyarakat—seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan—tercukupi dengan baik? Faktanya, di Indonesia banyak rakyat miskin tanpa rumah dengan malnutrisi, tidak mempunyai harapan hidup layak karena tidak adanya jaminan kesehatan, biaya pengobatan yang melabung tinggi, rasa aman yang mahal dan yang lainnya.
Ternyata Amerika dan negera-negara Barat lain maju perekonomiannya bukan karena demokrasi. Sebagaimana kata Huntington diatas, “ Barat unggul di dunia sekarang ini bukan karena kehebatan ide, nilai-nilai atau agamanya. Barat maju, sejahtera dan unggul lebih karena kemampuannya mengorganisasi kekacauan (imperialisme)”. Lihatlah kenyataan ini, berapa ton emas yang dikeruk Freeport, dibawa ke Amereka dan telah membuat banyak rakyat Amerika sejahtera karenanya. Berapa milyar barel minyak dari Aceh, Riau, Cepu dan Kaltim yang disedot perusahaan-perusahaan Ameria dan telah membuat mereka kaya. Dan seterusnya.
Kalaupun Mereka menegakkan demokrasi, apalagi dengan biaya yang sangat mahal sebagaimana Pilpres di AS, sementara tidak ada imoperialisme yang mereka lakukan. Dipastikan Barat tidak semaju Sekarang. contoh lain adalah Belanda. Belanda bisa membangun negaranya seperti sekarang apakah karena demokrasi? Kalau kita melihat sejarah, Belanda bisa seperti sekarang bukan karena demokrasi tapi karena 350 tahun menjajah Indonesia.
Demikian juga Rusia. Rusia atau Uni Soviet, pada masa kejayaan komunisme meraih kemajuan di bidang sains dan teknologi. Mereka mampu menciptakan teknologi canggih hingga teknologi ke ruang angkasa. Padahal komunisme sering diklaim memberangus demokrasi dan kebebasan
Jadi, persoalannya bukanlah masalah kebebasan atau tidak, tetapi apakah masyarakat itu memiliki kebiasan berfikir produktif atau tidak. Berfikir produktif sendiri merupakan hasil dari kebangkitan berfikir yang didasarkan pada ideologi tertentu. Sebab karakter dasar dari ideologi adalah senantiasa ingin memecahkan persoalan manusia secara menyeluruh, sekaligus mempertahankan dan menyebarkan ideologinya.Salah Paham Tentang Demokrasi
Banyak kalangan salah paham terhadap demokrasi. Banyak orang hanya memahami demokrasi sebagai perwujudan partisipasi rakyat dalam Pemilu yang transparan dan akuntabel, ditambah dengan aktivitas musyawarah para wakil rakyat dalam mengambil keputusan; tak peduli apakah keputusan hasil musyawarah untuk dijadikan aturan itu bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran ataukah tidak. Dengan demikian, orang/lembaga/negara dikatakan demokratis jika mendengarkan pendapat orang lain melalui musyawarah sebelum mengambil keputusan. Inilah sebenarnya yang disebut dengan ‘demokrasi prosedural.
Walhasil, mudah dimengerti jika Pemilu yang demokratis tidak bisa dijadikan ukuran suksesnya sebuah negara. Apalagi jika dikaitkan dengan persoalan kemakmuran warga negaranya. Padahal, katanya, dengan demokrasi diharapkan negara bisa mencapai kemakmuran. Kementerian Perumahan Rakyat mencatat, pada awal Oktober 2007 terdapat sekitar 9,5 juta keluarga di Indonesia yang belum mempunyai rumah. (Jawa Pos, 30/10/07). Akhir-akhir ini pembangunan ekonomi di Indonesia juga telah menggusur orang miskin, bukan menggusur kemiskinan. Ekonomi saat ini memunculkan jurang pemisah yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin. Jurang pemisah ini jelas akan menimbulkan serentetan akibat buruk bagi peri kehidupan di masyarakat. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui bahwa kesenjangan sosial yang terlalu besar pada bangsa ini bisa memicu siklus kekerasan yang selalu terjadi setiap 5 tahun terakhir. (Antara News, 23/10/07). Hakikat Sistem Demokrasi
Sistem demokrasi di negara manapun selalu mencerminkan paling tidak dua hal: (1) Kedaulatan rakyat; (2) Jaminan atas kebebasan umum
Kedaulatan Rakyat
Demokrasi identik dengan jargon “dari rakyat-oleh rakyat-untuk rakyat”; dengan kata lain, kedaulatan ada di tangan rakyat. Vox populi vox dei, suara rakyat adalah suara Tuhan. Benarkah secara faktual dalam demokrasi kedaulatan ada di tangan rakyat? Anggapan yang menyatakan kedaulatan ada di tangan rakyat jelas keliru. Faktanya, di Indonesia sendiri, yang berdaulat bukanlah rakyat, tetapi para elit wakil rakyat, termasuk elit penguasa dan pengusaha. Bahkan kebijakan dan keputusan Pemerintah sering dipengaruhi oleh kepentingan para pemilik modal, baik lokal maupaun asing. Tidak aneh jika banyak UU atau keputusan yang merupakan produk lembaga wakil rakyat (DPR) maupun Presiden—yang katanya perpanjangan dari kepentingan rakyat karena dipilih langsung oleh rakyat—sering bertabrakan dengan kemauan rakyat. Betapa sering kebijakan Pemerintah yang diamini para wakil rakyat justru didemo oleh rakyat sendiri
Pengkritik demokrasi seperti Gatano Mosca, Cilfrede Pareto dan Robert Michels cenderung melihat demokrasi sebagai topeng ideologis yang melindungi tirani minoritas atas mayoritas. Dalam praktiknya yang berkuasa adalah sekelompok kecil orang atas kelompok besar. Khusus kasus di Indonesia, kelompok mayoritas adalah Muslim, tetapi kenyataanya yang senantiasa diuntungkan adalah kelompok non-Muslim karena kekuasaan atau modal dimiliki oleh kelompok minoritas non-Muslim. Hal senada juga dinyatakan oleh Benjamin Constan. Ia menyatakan bahwa demokrasi membawa masyarakat menuju jalan yang menakutkan, yaitu kediktatoran parlemen.Jelas, ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang hanya mengakui kedaulatan hukum syariah (Hukum Allah). Dalam demokrasi, rakyat (manusia) diberi kewenangan penuh untuk membuat hukum, termasuk membuat hukum yang bertentangan dengan aturan-aturan Allah (syariah). Inilah yang terjadi di negara-negara yang menerapkan demokrasi, termasuk Indonesia. Padahal dalam Islam, hanya Allah yang berhak menetapkan hukum. Allah Swt. berfirman:Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (QS an-An‘am [6]: 57).Jaminan atas kebebasan umum
Pertama: kebebasan beragama. Dalam demokrasi, seseorang berhak meyakini suatu agama/keyakinan yang dikehendakinya tanpa tekanan atau paksaan. Dia berhak pula meninggalkan agama dan keyakinannya, lalu berpindah pada agama atau keyakinan baru. Seseorang juga berhak untuk tidak beragama atau membuat ‘agama baru’.Jelas ini bertentangan dengan Islam. Memang, dalam Islam tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Ini diserahkan sepenuhnya kepada individu masing-masing (lihat: QS). Namun, tatkala seseorang telah memeluk agama Islam, dia berkewajiban untuk tunduk dan patuh pada syariah atau aturan-aturan Allah, termasuk di dalamnya keharaman untuk keluar dari agama Islam atau murtad. Rasulullah saw. bersabda:Siapa saja yang menukar agamanya (murtad) maka bunuhlah. (HR)
Islam sangat menjaga kesucian agama. Tidak bisa dengan seenaknya keluar masuk agama. Islam melarang umatnya untuk ‘membongkar-pasang’ keyakinan dalam Islam, dengan kata lain, melarang umatnya untuk membuat ‘agama baru’. Kedua: kebebasan berpendapat. Dalam demokrasi, setiap individu berhak mengembangkan pendapat atau ide apapun dan bagaimanapun bentuknya tanpa tolok ukur halal-haram. Tidak aneh, dalam demokrasi, kita mendapati banyak pendapat yang dipakai untuk ‘menghujat’ Islam; seperti bahwa Islam adalah ajaran Muhammad (Mohammadanisme), bukan syariah Allah; al-Quran adalah produk budaya, tidak sakral, dll. Inilah pandangan-pandangan liberal. Jelas ini bertentangan dengan Islam. Ketiga: kebebasan kepemilikan. Intinya, seseorang boleh memiliki harta (modal) sekaligus mengembangkannya dengan sarana dan cara apapun. Di Indonesia, pihak asing bahkan diberikan kebebasan untuk menguasai sumberdaya alam milik rakyat, antara lain melalui UU Migas, UU SDA, UU Penanaman Modal, dll. Keempat: kebebasan berperilaku. Intinya, setiap orang bebas untuk berekspresi, termasuk mengekspresikan kemaksiatan seperti: membuka aurat di tempat umum, berpacaran, berzina, menyebarluaskan pornografi, melakukan pornoaksi, melakukan praktik homoseksual dan lesbianisme, dll
Paradoks Demokrasi
Demokrasi secara ideal dirumuskan oleh Abraham Lincoln sebagai sebuah sistem pemerintahan yang didasarkan atas prinsip kedaulatan dari, oleh dan untuk rakyat. Melalui sistem pemilihan tertentu, transformasi kedaulatan rakyat tersebut diwujudkan dalam proses pemberian suara untuk meraih jabatan politik tertentu. Dalam kekuasaannya, aspirasi masyarakat akan diperjuangkan melalui mekanisme yang telah disepakati.
Tetapi apakah proses tersebut bisa berjalan secara linear sebagaimana cita-cita demokrasi; dari, oleh dan untuk rakyat? Dalam pelaksanaannya, sering wujud demokrasi tidak seperti itu. Proses tersebut sering terpotong hanya dari rakyat. Sementara prinsip oleh dan untuk rakyat sering terabaikan karena dimanipulasi oleh penguasa. Kekuasaan yang diperolehnya justru bukan untuk mensejahterakan masyarakat melainkan sebaliknya dijadikan jalan untuk menumpuk kekayaan pribadinya. Jadilah jargon itu berubah menjadi dari rakyat, oleh penguasa, untuk segelintir pengusaha
Realitas demokrasi bisa kita lihat dari beberapa hal berikut
Pemegang kedaulatan sebenarnya adalah para pemilik modal (ra’simaliyyun) bukan rakyatKetergantungan parpol pada jalur ekonomi sebenarnya merupakan suatu hal klasik dan wajar. Sebab, partai-partai memerlukan dana untuk berbagai macam kegiatannya. Namun, dalam demokrasi, nampaknya kerjasama aktor-aktor dan instrumen politik dengan aktor-aktor dan instrumen ekonomi telah membentuk suatu lingkaran syetan.
Pada saat akan terjadi pemilihan umum, para konglomerat berupaya memasang perlindungan bagi bisnisnya agar tidak rontok di tengah jalan dengan mengucurkan dana kepada partai-partai yang diprediksi akan meraih suara cukup banyak. Dengan dana itulah partai-partai tersebut menguasai media massa. Opini masyarakat pun dibentuk sedemikian rupa sehingga terjadilah pencitraan ‘baik’ pada partai-partai tadi.
Selain itu, dengan uang itu pulalah muncul jual beli suara baik dalam tataran pencoblosan maupun pemilihan kepala negara oleh para wakil rakyat. Semaraklah di sana-sini politik uang (money politics). Akhirnya, disadari atau tidak, para anggota legislatif dan elite penguasa dicukongi oleh pengusaha. Konsekuensi logisnya, produk perundang-undangan yang dibuat tidak begitu saja dapat terlepas dari kepentingan-kepentingan para konglomerat. Bila tidak, logika di benak elite penguasa mengatakan akan terjadi kemandegan di dalam pembangunan perekonomian sebab sangat boleh jadi para pengusaha mengalihkan investasinya ke luar negeri. Apalagi, pada era swastanisasi seperti sekarang ini.
Tidak berhenti sampai di situ, penguasa dalam menelurkan produk perundang-undangan selalu berupaya melihat ‘kehendak rakyat’ agar memang terkesan demokratis. Namun, parameter ‘kehendak rakyat’ tadi adalah media massa. Padahal, media massa tidak mungkin dikuasai kecuali oleh mereka para kapitalis yang memang memiliki modal. Dengan demikian, opini dan tekanan media massa pun tidak dapat begitu saja dilepaskan dari kepentingan politik dan ekonomi para konglomerat pemiliknya. Akhirnya, dengan alasan mengikuti ‘kehendak rakyat’ tadi para anggota legislatif bukannya membela kepentingan rakyat, melainkan membela kepentingan para konglomerat. Elite penguasa pun – yang sebagian juga merupakan pengusaha – berupaya untuk membesarkan, melindungi, bahkan membela kepentingan-kepentingan pengusaha tersebut. Semaraklah dimana-mana KKN. Dengan demikian, dalam realitas sistem demokrasi termasuk di Amerika sebagai negara dedengkotnya demokrasi, telah terjadi penyulapan kedaulatan rakyat menjadi kedaulatan para pengusaha dan konglomerat (ra’simaliyyun).
Kasus BBM, UU PMA, UU SDA, dan kasus Monsanto bisa menjadi contoh aktual. Kasus kenaikan BBM dulu misalnya, data dari LSI, 90 % lebih rakyat tidak menghendaki harga BBM naik. Namun, Pemerintah berkomplot dengan DPR tetap saja tidak menghiraukan aspirasi mayoritas rakyat. Kenapa? Karena yang berdaulat sesungguhnya adalah para raja minyak. Para kapitalis. Jadi kedaulatan di tangan rakyat adalah omong kosong dan utopi
Pemenang Tidak Selalu Benar
Dalam demokrasi, pemenang ditentukan oleh suara terbanyak. Namun, dalam kenyataannya para pemilih itu tidak banyak mengetahui secara persis realita yang terjadi. Opini yang dibentuk media massalah yang banyak menentukan sikap masyarakat. Dengan demikian tolok ukur pemilihan wakil rakyat bukannya didasarkan pada tolok ukur rasional melainkan masih banyak yang didasarkan pada pilihan emosional (dalam pemilu 7 Juni yang lalu, konon pemilih rasional hanya sekitar 3 % saja). Terlebih-lebih yang dipilih itu bukannya orang yang secara transparan diketahui seluk beluk dan latar belakangnya, karena hanya muncul saat kampanye. Sedangkan, siapa yang akan terpilih terserah kepada partai masing-masing. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila diantara anggota legislatif terpilih banyak non muslim seakan merupakan hal biasa, siapapun menjadi anggota legislatif tidak apa-apa, cukong dan petualang politik terpilih menjadi wakil rakyat juga tidak jadi soal, bahkan ada anggota dewan yang terlibat obat-obatan terlarang pun suatu hal yang dirasakan biasa, Bila sudah terjadi begini, harapan apa yang masih dapat digantungkan?Konsep Suara Mayoritas
Memang benar, realitasnya masyarakat tidak mungkin semuanya duduk di pemerintahan. Oleh karena itu, suatu hal yang wajar muncul konsep perwakilan rakyat. Suatu hal yang patut dicermati adalah klaim sistem demokrasi terhadap suara mayoritas wakil rakyat di parlemen sebagai suara mayoritas rakyat
Dalam kenyataannya, telah terjadi pengalihan dari mayoritas rakyat ke minoritas rakyat. Bagaimana tidak, untuk menjadi anggota legislatif seseorang perlu mengantongi suara dengan kuota tertentu. Konsekuensinya, seorang wakil rakyat setara dengan jumlah rakyat dengan kuota tersebut. Setiap pikiran, saran, sikap, dan keputusan dari setiap anggota legislatif dianggap selalu setara dan senantiasa mewakili sejumlah orang tersebut. Padahal, realitasnya ‘wakil rakyat’ tersebut tidak pernah meminta pendapat rakyat yang diwakilinya, rakyat tidak dapat mengoreksi apalagi memecatnya. Kalaupun di-recall bukan oleh rakyat melainkan oleh pimpinan partainya. Dengan demikian, sebenarnya keputusan-keputusan yang diambil oleh para anggota legislatif sekalipun diakukan sebagai suara rakyat, hakikatnya telah beralih kepada suara anggota legislatif itu secara individual. Jelaslah, yang menetapkan berbagai keputusan itu dengan sendirinya menjadi para anggota legislatif itu sendiri yang , tentu saja, merupakan minoritas rakyat. Dengan demikian, klaim demokrasi bahwa pengambilan keputusan berdasarkan suara mayoritas anggota legislatif merupakan juga suara mayoritas rakyat tidak sesuai dan tidak akan pernah sesuai dengan realitasnya.
Satu hal lagi, apakah suara mayoritas itu pasti benarnya ? Bila jawabannya didasarkan pada pelogikaan manusia maka boleh jadi jawabannya : Ya. Namun, ternyata Allah SWT Dzat Yang Maha Tahu menyatakan sebaliknya. Kebenaran bukan ditentukan oleh mayoritas atau minoritas suara melainkan ditetapkan berdasarkan dalil syar’i. “Dan apa-apa yang dibawa oleh Rasul, maka ambillah ! Dan apa-apa yang dilarang oleh Rasul maka jauhilah !,” demikian firman Allah di dalam surat Al Hasyr ayat 7. Bahkan Allah SWT menegaskan dalam banyak ayat Al Quran bahwa sesungguhnya kebanyakan manusia itu tidak beriman (Al Baqarah : 100), membenci kebenaran (Az Zukhruf : 43), fasik (Ali Imran : 110), tidak menggunakan akal (Al Maidah : 103), tidak mengetahui (Al An’am : 37), bodoh (Al An’am : 111), tidak bersyukur (Al A’raf : 7), mengikuti dugaan (Yunus : 36), musyrik (Yusuf : 106), berpaling dari ajaran Allah SWT (Al Anbiya : 24), pendusta (Asy Syu’ara : 223), tidak mendengar kebenaran (Fushilat : 4), dan masih banyak ayat-ayat lain. Berdasarkan hal ini tepat sekali ungkapan Syeikh Ali Balhaj (‘Aqidah Dimukrothiyah, hal. 14) bahwa konsep suara mayoritas gaya demokrasi merupakan khurafat. Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof. Jimly Assiddiqy dalam kesempatan Silaknas ICMI di Pekanbaru pekan lalu mengatakan bahwa demokrasi memang telah membawa cacat bawaan. Nah, mestinya kita tidak terjebak dalam pola pikir democratic trap (jeratan demokrasi). Untuk memperbaiki negeri ini kita harus keluar dari kotak pemikiran konvensional (out the box), sehingga akan muncul pikiran-pikiran alternatif yang jernih, tidak sekedar defensif apologetik tatkala menghadapi serbuan pemikiran dari Barat. Karena kata Samuel P Huntington tadi, Barat ternyata maju bukan karena keunggulan pemikiran, ide atau konsepnya namun karena kemampuan mengelola kekacaun alias imperialisme. Lantas untuk apa kita ikut-ikutan mengadopsi dan memasarkan ide-ide Barat ? Wallahu a’lam bi-showab,
Continue Reading...

NEGERI BALAP KARUNG

Oleh : Muhammadun

Indonesia, kini genap berusia 63 tahun. Usia 63 tahun ini berada di kisaran umur Nabi Muhammad SAW. Kita tidak tahu sampai kapan umur Republik Indonesia. Hanya saja semakin tua umur negeri dari Sabang sampai Merauke ini, makin menyedihkan. Penduduk miskin makin banyak, sumber daya alam luluh lantak, hutang luar negeri makin menumpuk, biaya sekolah makin mahal, harga-harga bahan pokok pun makin membumbung tinggi. Sangat bertolak belakang dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaaan UUD 1945.
Kondisi bangsa ini mirip dengan fenomena balap karung. Bukan tanpa arti bila permainan ini senantiasa dilombakan dalam pesta 17 Agustusan. Balap karung sesungguhnya mencerminkan jiwa bangsa. Balap karung persis menunjukkan perjalanan Bangsa Indoneia yang selalu saja kesrimpung. Maklum, nafsu untuk berlari begitu besar, tapi tenaga mampat karena kedua kaki terbelenggu ujung karung. Ironisnya, karung belenggu itu kita pegangi sendiri kencang-kencang dengan kedua belah tangan kita.
Kita berteriak ”bangkit Indonesia, bangkit Indonesia”, pekik merdeka pun hingga kini masih populer. Tapi di saat yang sama para petinggi republik ini makin menghamba pada kekuatan asing. Hakikatnya, menurut Dr. Revrisond Baswier, Republik Indonesia makin tidak mandiri, belum merdeka, belum berdaulat, serta banyak tergantung negara-negara asing. Celakanya, yang membuat kita masih terjajah adalah kita sendiri yang masih bermental inlander. Sehingga kita malah menikmati neo-kolonialisme yang melanda bangsa dan negara. DPR dan Pemerintah banyak mengesahkan peraturan perundangan yang mencerminkan sikap inlander tersebut. Akibatnya intervansi asing terjadi di berbagai lini kehidupan. Intervensi asing dalam pengelolaan bangsa, bisa kita lihat beberapa contohnya sebagai berikut :

Intervensi Pendidikan
Kita berteriak rakyat harus cerdas karena cita-cita republik ini adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, namun kini kita menganut kapitalilasi pendidikan. Akibatnya biaya sekolah makin mahal. Untuk sekedar contoh, kampus-kampus besar seperti UGM, UI, ITB dan IPB adalah Perguruan Tinggi paling favorit. Karena laku, lantas “dijual”. Keempatnya sejak tahun 2000, berubah statusnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) berdasarkan PP No. 60/1999 dan PP No 61/1999. Kelak mereka bakal menjadi perusahaan jasa pendidikan pendidikan murni dengan payung Badan Hukum Pendidikan (BHP) berdasarkan UU Sisdiknas No 20/2003 pasal 53 ayat 4.
Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education, membeberkan bagaimana para pengambil kebijakan dan pelaksana pendidikan dipaksa menjalankan manajemen perusahaan berorientasi bisnis. Diantara dengan mengundang kapitalis merasuki kampus. Maka, IPB misalnya tidak sungkan lagi mengubah sebagian lahan kampus dan asrama mahasiswa-nya menjadi pusat perbelanjaan.
Draft RUU BHP sebenarnya dirancang sejak pertemuan World Declaration on Higher Education for the Twenty-First Century : Vision and Action di Paris tahun 1998 yang disponsori UNESCO. Kapitalisasi dan liberalisasi pendidikan ini merupakan salah satu konsekuensi dari General Agreement on Trade in Services (GATS) WTO yang meliberalisasi perdagangan 12 sektor jasa, antara lain layanan kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, jasa akuntansi, dan jasa pendidikan.

”Asingisasi” BUMN
Dengan UU No 25/2007 tentang Penenaman Modal, pemain asing diberi kebebasan berkompetisi di Indonesia. Pasal 7 ayat 1 dan 2 malah menghalangi ”nasionalisasi” dengan berbagai aturan yang menyulitkan dan merugikan negara sendiri. Yang terjadi justeru ”asingisasi” BUMN kita. Tahun ini, Komite Privatisasi memutuskan untuk untuk menjual atau memprivatisasi 34 BUMN dan melanjutkan privatisasi 3 BUMN yang tertunda tahun sebelumnya. Privatisasi dilakukan melalui IPO di bursa efek (Bisnis Indonesia, 5/2/2008). Tentu dalam kondisi krisis dalam negeri seperti ini, pemain asing lah yang akan mampu membeli BUMN-BUMN kita.
Sebelumnya, hingga tahun 2001 telah dijual 14 BUMN. Pada periode 2001-2006, melalui skenario privatisasi kembali terjual 10 BUMN. Sedangkan tahun 2008 ini ditargetkan 37 BUMN dapat diprivatisasi. Celakanya BUMN yang ditawarkan di pasar adalah BUMN yang tergolong strategis dan sehat. Contoh yang pernah mencuat adalah penjualan Indosat. Beberapa BUMN lain yang dilego adalah : PT Krakatau Steel, PT Bank Tabungan Negara, PT Sucofindo, PT Sarinah, PT INTI, Garuda Indonesia, PT Waskita Karya, dll (Bisnis Indonesia, 5/2/2008). Sekretaris Meneg BUMN M Said Didu mengatakan, sebanyak 85 persen saham BUMN yang sudah melantai di pasar bursa dikuasai oleh kapitalis asing ( Tempo Interaktif, 23/2/2006).

Penguasaan Migas
Berdasarkan UU Migas No 22 tahun 2001, pemodal asing bebas bermain di sektor migas dari hulu sampai hilir. Saat ini, menurut Dr Hendri Saparini, lebih dari 90 persen dari 120 production sharing contract kita dikuasai korporasi asing. Lebih dari 70 persen cadangan minyak dan 80 persen cadangan gas Indonesia dikuasai 60-an perusahaan asing termasuk the big five : ExxonMobil, ShellPenzoil, TotalFinaElf, BPAmocoArco, dan ChevronTexaco.
Dengan legalisasi UU Migas tersebut, pada tahun 2004 sebanyak 105 perusahaan swasta (asing) mendapat ijin untuk merambah sektor hilir migas, termasuk membuka SPBU (Trust, edisi 11/2004). Perusahaan-perusahaan asing itu antara lain British Petrolium, Shell, Petro China, Petronas dan Chevron Texaco. Mereka beroperasi setelah pemerintah beberapa kali menaikkan harga BBM. Merekalah sejatinya yang mendesak agar harga BBM di Indonesia disesuaikan dengan harga pasar Internasional (pasal 28 UU Migas). Akibatnya? Kita semua merasakan makin mahalnya harga BBM.
Bukti lain konyolnya UU Migas adalah pada pasal 22 ayat 1 yang mengatakan bahwa badan usaha atau bentuk usaha wajib menyerahkan paling banyak 25 persen bagiannya dari hasil minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Lho, sebanyak-banyaknya kok 25 persen? Sekurang-kurangnya saja belum tentu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Akibatnya? BBM bukan hanya mahal, tapi juga langka.
Dr. Revrisong Baswier mengatakan bahwa UU Migas tersebut draft-nya di buat oleh korporasi asing. Untuk membuat UU tersebut pihak Indonesia harus utang sebesar 4 juta dólar pada USA dan Asia Development Bank. Artinya kita mengutang untuk membuat Undang-undang yang sejatinya untuk kepentingan neo-kolonialis asing (Al-Wa’ie. Agustus 2008)

Intervansi Bidang Hankam, Hukum dan Budaya
Di bidang pertahanan-keamanan, kita diatur asing lewat program-program IMET (dengan Amerika Serikat), DCA (dengan Singapura), Densus 88 (AS-Australia) Namru 2 (Amerika Serikat). Proyek NAMRU 2 yang ditentang oleh Menteri Kesehatan Dr Siti Fadillah Supari ini, pernah disebut oleh Koordinator MER-C dr Jose Rizal Jurnalis sebagai pangkalan militer Amerika di jantung Indonesia.
Sementara itu di bidang hukum, warisan kolonial Belanda masih mendominasi hukum perdata dan pidana kita. Kita berteriak tegakkan supremasi hukum. Namun hukum yang berlaku masih warisan penjajah. Tentu banyak pasal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Contoh, dalam KUHP pasal 284, yang termasuk kategori perzinahan (persetubuhan di luar nikah)yang dikenakan sanksi hanyalah pria dan atau wanita yang telah menikah. Itupun jika ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Sanksinya pun hanya maksimal 9 bulan penjara.
Sebagaimana kita maklum, sumber pokok hukum perdata di Indonesia (Burgerlijk Wetboek) berasal dari hukum perdata Prancis, yaitu Code Napoleon, yang karena pendudukan Prancis di Belanda berlaku juga di negeri Belanda (tahun 1838). Di Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), juga merupakan copy paste dari KUHP untuk golongan Eropa (1867), dan KUHP untuk golongan Eropa itu juga copy paste dari Code Penal, yaitu Hukum Pidana di Prancis jaman Napoleon (1811).
Rakyat negeri katulistiwa ini pun bertubi-tubi diserbu arus budaya liberal. Sehingga pada domain private maupun publik kini kehidupan makin liberal. Seks bebas merajalela. Meski dampaknya ribuan rakyat terkena AIDS, sementara jutaan orok diaborsi tiap tahun. Namun para pengikut barisan kemaksiatan terus menjajakan budaya asing yang liberal ini.
Di bumi Melayu Riau pun sampai ada oknum anggota DPRD yang secara demonstratif mendukung kemaksiatan. Oknum anggota DPRD itu berencana mengundang Julia Perez dan Melly Zamri ke lokalisasi pelacuran Teleju. Mental inlender tapi liberal, bertemu dengan peraturan perundangan warisan kolonial. Makin rusaklah negeri ini. MUI dan puluhan ormas Islam di Pekanbaru pun bersikap tegas. Di depan MUI pada hari Selasa (12/8/2008), oknum tersebut berjanji membatalkan acara menjijikkan itu.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan pada semua pihak, wasiat Nabi Muhammad SAW :” Apabila suatu kaum melakukan praktek riba dan perzinahan secara terang-terangan, maka sesungguhnya kaum itu telah menghalalkan dirinya untuk mendapatkan adzab dari Allah azza wajalla” (HR Ahmad). Angka kemiskinan tidak akan turun dengan agenda memalukan yang digagas ”budayawan” yang satu ini. Justeru adzab Allah yang akan dihadapi oleh rakyat Bumi Melayu.
Jika “Sang Budayawan” tadi mengaku jadi orang Indonesia, tentu pernah membaca pembukaan UUD 1945. Di pembukaan itu tegas dinyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia atas berkat Ramat Allah. Tapi kok memperingati HUT kemerdekaan RI dengan melecehkan hukum-hukum Allah? Inilah fenomena Negeri Balap Karung. Berteriak menjungjung nilai-nilai moral, tapi di saat yang sama nilai-nilai moral malah dicampakkan. Hukum-hukum agama pun dilecehkan.

Melepaskan Belenggu Karung.
Jika negeri ini ingin berlari kencang, maka lepaskanlah karung yang membelenggu. Karung yang harus dilepaskan itu adalah simbolisasi dari mental inlander kita. Mental kita yang senantiasa menghamba pada penjajah. Mental kita yang suka mengagung-agungkan hukum kolonial. Mental kita yang senantiasa mendewakan budaya asing.
Jika negeri ini ingin berlari kencang meraih cita-citanya, maka ide-ide “karung” yang membelenggu juga harus dilepaskan. Agar leluasa berlari, agar sesuai dengan fitrah. Ide-ide yang selama ini membelenggu bangsa ini adalah sekularisme, kapitalisme, liberalisme dan isme-isme sesat lainnya.
Jika karung pembelenggu itu telah lepas dari diri kita. Dan kita kembali pada fitrah sebagai hamba Allah. Hamba yang tunduk pada aturan-aturan Dzat yang Maha Pencipta. Maka hukum Allah swt akan kita tegakkan baik pada tataran privat, publik maupun negara, maka Insya Allah kemenangan sejati dan kemerdekaan hakiki benar-benar dapat terwujud. Kesejahteraan, kecerdasan dan keadilan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Inilah hakikat dari mensyukuri kemerdekan, yakni dengan menegakkan aturan Allah SWT, Dzat yang memberi kita limpahan nikmat. Bukan dengan mempropagandakan kemaksiatan.
Continue Reading...

Kepemimpinan yang Kuat dan Amanah

Oleh: Muhammadun

Masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan masih berjumlah puluhan juta. Pendidikan semakin mahal. Biaya kesehatan kian tak terjangkau. Penggusuran sudah dipandang sebagai hal wajar dengan dalih demi keindahan. Kekayaan alam diserahkan kepada asing. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijual kepada swasta lokal atau asing. Kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi secara umum didominasi oleh kepentingan negara-negara asing.
Pertanyaannya, ada apa ini? Jawabannya pasti: ada permasalahan besar, yakni masalah kepemimpinan yang lemah dan tidak amanah. Lalu bagaimana kita membangun kepemimpinan yang kuat (strong ledership) dan amanah (trust leadership) ?
Paradigma Kepemimpinan Kuat dan Amanah
Berbicara tentang kepemimpinan, ada tiga hal yang harus dimiliki: (1) kualitas dan integritas orang yang memimpin (person); (2) sistem yang diterapkan; dan (3) sikap pihak yang dipimpin (rakyat).
Pertama: pemimpin. Islam menegaskan pentingnya kualitas dan integritas diri pemimpin. Negara yang baik hanya dapat lahir dari pemimpin yang memiliki visi menjadi pelayan masyarakat yang dicintai dan mencintai dengan syariah Islam, bukan dengan mengeksploitasi ambisi. Rasul saw. bersabda:
«إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَ.سَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
Sesungguhnya kalian akan memiliki ambisi untuk dapat memegang suatu jabatan. Padahal pada Hari Kiamat nanti jabatan itu menjadi suatu penyesalan. (HR al-Bukhari, an-Nasa’i dan Ahmad).
Sebaliknya, pemimpin yang menipu rakyat, bermuka dua, atau menjadi antek asing tidak bisa diharapkan dapat mendatangkan kebaikan. Karena itu, wajar Allah mengharamkan baginya surga. Rasul saw. bersabda:
«مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ»
Tidaklah seorang pemimpin memimpin rakyat dari kalangan kaum Muslim, lalu ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali diharamkan baginya masuk surga. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Baldah thayyibah akan terwujud jika pemimpinnya mendudukkan diri untuk melayani rakyat dengan sepenuh hati, melindungi masyarakat dengan sekuat tenaga, memenuhi kebutuhan pokok individu dan memberi peluang seluas-luasnya bagi seluruh warga untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier, serta merealisasikan tujuan luhur syariah dengan menerapkan syariat Islam.
Kedua: sistem. Nabi Muhammad saw., jauh sebelum diangkat sebagai nabi, sudah dikenal sebagai orang yang mulia, jujur, dan amanah. Semua karakter baik ada pada diri Beliau. Beliau bahkan digelari ‘Al-Amin’. Namun, Allah Swt. tidak hanya mencukupkan pada karakter pemimpin semata. Dia menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya berupa al-Quran dan as-Sunnah sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan aturan dari Allah itulah Beliau mengatur, mengurusi dan menghukumi manusia. Realitas ini saja memberikan ketegasan, bahwa negeri yang baik tidak akan mewujud hanya dengan pemimpin yang akhlaknya baik. Tentu diperlukan sistem dan aturan yang juga baik. Apakah sistem dan aturan yang baik itu? Tentu, sistem dan aturan yang lahir dari Zat Yang Mahabaik. Itulah syariah Islam yang dijalankan dalam sistem Kekhilafahan. Ketika kerusakan terjadi, manusia disuruh kembali pada aturan dan hukum-Nya. Bukankah Dia Yang Mahaperkasa menyatakan:
وَمِنْ ءَايَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar, jalan Allah). (QS ar-Rum [30]: 41).
Ketiga: koreksi dari rakyat, termasuk ulama. Pemimpin bukanlah malaikat. Karenanya, ia bisa saja salah. Jika pemimpin yang salah dibiarkan, kezaliman akan menjadi hal yang dianggap wajar belaka. Untuk itulah Islam mewajibkan adanya koreksi terhadap penguasa (muhâsabah li al-hukkâm). Kata Nabi saw., “Siapa saja yang melihat penguasa lalim, yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, melanggar janji Allah, menentang sunnah Rasulullah, melakukan dosa dan permusuhan terhadap hamba Allah, lalu dia tidak mengubah dengan perkataan ataupun perbuatan, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke tempat mereka masuk.” (Lihat: Ath-Thabari dalam At-Tarikh).
Ringkasnya, baik-buruk, benar-salah, dan kuat-lemah pemimpin bergantung pada pemimpin itu sendiri, sistem yang diembannya, dan sikap dari masyarakat yang dipimpinnya.
Akar Kelemahan Kemimpinan
Berdasarkan kerangka di atas, kelemahan suatu kepemimpinan disebabkan oleh lemahnya pribadi pemimpin, buruknya sistem yang dijalankan, dan sikap rakyat atau masyarakat yang cenderung tak acuh.
Faktor kelemahan pertama seorang pemimpin adalah tidak mandiri. Ia bergantung pada negara besar, bahkan menjadi antek penjajah. Keputusan yang diambil selalu melihat sikap negara besar. Sebagai contoh, yaitu saat Presiden Indonesia mendukung resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) nomor 1747 yang memberikan tambahan sanksi kepada Iran. Padahal sudah menjadi rahasia umum, bahwa Amerika Serikat (AS) sedang mencari legitimasi internasional untuk menyerang negeri Muslim Iran. Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng pun mengakui dalam wawancara media massa, bahwa tiga hari sebelum dilakukan voting, Presiden AS George W. Bush menelepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal serupa terjadi pada masa pemerintahan sebelumnya. Contoh lain, betapa banyak kebijakan kepala-kepala daerah dipengaruhi oleh kepentingan para penyumbang dana saat kampanye. Dalam menyelesaikan illegal logging di Riau, kita akan menunggu apakah penguasa dan aparat hukum berpihak pada kepentingan lingkungan hidup dan kelestarian hutan atau hanya menjadi pembela para pemegang kapital.
Selain ketergantungan pada para pemodal dan kekuatan asing, penguasa yang tidak tegas dan berani akan menjelma menjadi pemimpin yang lemah; tidak akan bisa mengatakan “Tidak!” Sejatinya, ketegasan ini ditunjukkan dengan berpegang pada kebenaran. Salah, katakan salah; benar, katakan benar. Tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah Swt. Konsekuensinya, penerapan hukum tidak boleh tebang pilih. Playboy Indonesia tegas-tegas ditolak oleh mayoritas masyarakat. Namun, pemimpin redaksinya dibiarkan bebas. Majalah ikon porno itu pun melenggang leluasa. Semestinya, dengan ketegasan dan keberanian penguasa, hal-hal merusak itu dengan mudah dapat dihilangkan.
Lebih tragis lagi adalah pemimpin yang tidak memiliki visi yang jelas. Arah Indonesia didasarkan pada arahan asing. Pemerintah sejak tahun 2005 mengadopsi Millenium Development Goals yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa. Visi yang diemban bukan visi negara-negara berkembang, melainkan visi negara besar. Mereka akan berada di depan, sementara para pengekor akan tetap di belakang.
Sering kepemimpinan yang lemah adalah karena tidak adanya kesadaran ideologis dan politis. Langkah-langkah yang dilakukan lebih bersifat pragmatis. Pikirannya tertuju pada mempertahankan kekuasaan, memenangkan Pemilu, mengembangkan bisnis keluarga atau partainya, dll; atau aktivitas yang dilakukannya hanya sekadar untuk menyenangkan pihak asing. Jika ini terjadi, hakikatnya pemimpin tersebut merupakan ’budak’ yang tidak memiliki kemandirian. Apalagi jika dalam kepemimpinannya tidak menjadikan Islam sebagai landasan, tidak takut akan siksa Allah ketika melanggar aturan-Nya. Karenanya, pemimpin seperti ini tidak dapat diharapkan membawa kebaikan dalam kepemimpinannya.
Belum lagi sistem yang diterapkannya adalah sistem warisan kolonial. Penjajah angkat kaki, namun aturannya tetap diterapkan. Sekularisme diterapkan. Konsekuensinya, pada masa Orde Lama, rakyat Islam dipinggirkan. Pada masa Orde Baru, rakyat Islam dicurigai dan diwaspadai serta dicap dengan tuduhan subversif. Berikutnya, pada masa Orde Reformasi rakyat Islam distigmatisasi dengan tuduhan fundamentalis dan teroris. Padahal mana ada aturan penjajah yang dibuat untuk memajukan rakyat jajahan? Selama sistem sekular warisan penjajah yang diterapkan, selama itu pula rakyat akan terjajah.
Celakanya, sistem yang buruk dengan pemimpin yang lemah justru dibiarkan. Rakyat tidak mengoreksinya. Tokoh agama diam seribu bahasa. Wajar belaka, jangankan maju di mata dunia, dalam mensejahterakan rakyatnya saja penguasa sempoyongan. Itulah buah pahit kelemahan kepemimpinan.
Kepemimpinan Kuat dan Amanah dengan Islam
Kepemimpinan yang kuat dan amanah hanya akan lahir jika dasarnya adalah kepemimpinan ideologis (qiyâdah fikriyah). Artinya, kepemimpinan harus dibangun oleh akidah Islam dan syariahnya. Pemimpin dan rakyat sama-sama memahami dan berpegang pada dasar-dasar ideologis. Pemimpin diikuti bukan karena akhlaknya semata, melainkan juga karena dia pengemban kebenaran. Begitu juga, pemimpin berkuasa bukan karena kekuasaannya belaka, melainkan karena amanahnya untuk menerapkan Islam. Tidak mengherankan, kepemimpinan seperti ini akan melahirkan rasa cinta di antara pemimpin dan rakyatnya. Sebab, tujuannya sama, yakni ingin masuk surga bersama-sama melalui ketaatan pada syariah-Nya. Tegas sekali, penjelasan dari Rasulullah Muhammad saw.:
«خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِيْنَ تُحِبُّوْنَهُمْ وَيُحِبُّوْنَكُمْ وَتُصَلُّوْنَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّوْنَ عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِيْنَ تُبْغِضُوْنَهُمْ وَيُبْغِضُوْنَكُمْ وَتَلْعَنُوْنَهُمْ وَيَلْعَنُوْنَكُمْ»
Sebaik-baik imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian serta yang kalian doakan dan mereka juga mendoakan kalian. Seburuk-buruk imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian serta yang kalian laknat dan mereka juga melaknat kalian. (HR Muslim, Ahmad dan ad-Darimi).
Jadi, langkah pertama yang ditempuh dalam membangun kepemimpinan adalah: jadikan kepemimpinan ideologis sebagai landasan.
Kedua: tolak ideologi penjajah dan tegakkan kemandirian. Rasulullah saw. mencontohkan hal ini. Di Makkah, Beliau menolak kekuasaan karena sistem kejahiliahan Quraisy masih bercokol. Berbeda dengan itu, Beliau justru menerima tawaran kekuasaan di Madinah pasca hijrah dengan menerapkan Islam secara kâffah. Sekularisme yang menopang kapitalisme, pluralisme, dan liberalisme harus ditolak. Pengganti tunggalnya adalah: jadikan ideologi yang benar sebagai landasan dalam kehidupan dan terapkan syariah yang memberikan rahmat bagi masyarakat plural. Rombak sistem pendidikan materialistik, keluarga konsumeristik, ekonomi kapitalistik, dll dengan sistem yang yang sesuai fitrah.
Ketiga: ciptakan sosok pemimpin yang baik. Untuk itu, perlu dibangun kesadaran ideologis dan politik penguasa. Rasulullah saw. sejak awal mengemban Lâ ilâha illâ Allâh, Muhammad Rasûlullâh dalam melawan ideologi Quraisy yang mendewakan manusia. Nabi saw. mendidik para Sahabat dengan al-Quran dan Sunnah, bahwa rakyat Islam adalah rakyat terbaik yang harus menyeru manusia pada kebenaran; Islam adalah agama bagi seluruh manusia (kâffah li an-nâs); Islam diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya; kaum Mukmin lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan para penentang Allah; Romawi dan Persia akan ditundukan; Konstantinopel dan Roma akan digenggam kaum Muslim; dll. Lahirlah para khalifah dari kalangan Sahabat, Tâbi‘în, Tâbi‘ at-Tâbi‘în beserta generasi sesudahnya yang memiliki kesadaran ideologis dan politis.
Dicetak pula para pemimpin yang memiliki visi dan misi serta tegas dan berani. Mereka ditempa dengan akidah, sembari melaksanakan dan memperjuangkan syariah. Ketakutan mereka hanya kepada Allah. Sebaliknya, mereka gagah berani menghadapi kaum kafir imperialis. Betapa gagah beraninya Khalifah Abdul Hamid saat didesak oleh pimpinan Yahudi dukungan Inggris, Hertzl, yang meminta Beliau mengakui imigrasi orang-orang Yahudi ke Palestina. “Tanah Palestina bukanlah milikku. Ia adalah milik rakyatku,” tegasnya. Betapa canggihnya visi Khalifah Harun ar-Rasyid dengan membangun pusat ilmu pengetahuan di Baghdad. Para khalifah telah mencapai misi memimpin dunia lebih dari 12 abad.
Di antara misinya adalah melayani rakyat. Pemimpin Islam dicetak bukan untuk menjadi ahli kompromi politik atau mengadopsi kepentingan politisi, melainkan untuk menjadi pelayan rakyat. Caranya, terapkan sistem Islam yang menjamin hal tersebut terlaksana, mulai dari pemilihan sampai pengoreksian penguasa. Dengan cara itu, rakyat Islam dapat melahirkan Umar bin Abdul Aziz abad kini yang berhasil mengentaskan kemiskinan hingga tidak ada lagi rakyat yang berhak menerima zakat.
Keempat: ciptakan tradisi amar makruf nahi mungkar yakni control social. Salah satu bentuk penting dari amar makruf nahi mungkar adalah mengoreksi penguasa (muhâsabah li al-hukkâm). Dalam Islam, masyarakat didorong untuk berkata baik sekalipun pahit, dan mengoreksi penguasa (QS Ali Imran [3]: 104). Partai politik/ormas maupun individu, termasuk tokoh agama, akan meluruskan penyimpangan penguasa dari rel yang benar.
Simpulan
Dengan cara seperti ini, berbagai kebaikan akan hadir di tengah rakyat. Kalau kita membaca buku-buku sejarah yang ditulis oleh para sejarahwan yang jujur, kita akan segera menangkap sebuah kesimpulan, bahwa Khilafah Islam, dengan seluruh aspek syariah yang diterapkannya, telah mampu menciptakan kesuksesan dalam berbagai bidang. Banyak ilmuwan sejarah yang jujur, bahkan dari kaum non-Muslim sekalipun, yang mengakui kehebatan dan keagungan Khilafah dan syariahnya dalam menciptakan peradaban manusia yang penuh dengan kegemilangan. Will Durant, misalnya, menyatakan:
Sepanjang masa Kekhilafahan Islam para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya; menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya; memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka; menjadikan pendidikan menyebar luas hingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa yang membuat Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.” (Will Durant, The Story of Civilization).
Nah, semoga kita semua mampu melakukan introspeksi, sudahkah kita melakukan tindakan terbaik untuk membina rakyat agar terwujud pemimpin yang kuat dan amanah?
Wallâhu a‘lam. d
Continue Reading...
 

Makalah Motivasi Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template