Jumat, 21 November 2008

KERJA CERDAS


Zaman dahulu kala ada sebuah desa kecil yang indah. Tempat itu sangat menyenangkan, sayangnya disana ada sebuah masalah. Desa itu tak punya air jika hujan tidak turun. Untuk menuntaskan masalah itu selamanya, para tetua desa memutuskan menawarkan kontrak bagi pengiriman air harian ke sana. Dua orang mengajukan diri melakukan tugas itu dan para tetua memberikan kontrak itu kepada mereka berdua. Mereka merasa bahwa persaingan akan menekan harga hingga tetap rendah dan menjamin persediaan cadangan air.
Orang pertama yang mendapat kontrak itu, Edo, langsung berlari pergi, membeli dua ember baja dan mulai lari bolak-balik menyusuri jalan setapak menuju danau yang jaraknya satu setengah kilometer dari desa. Ia langsung mulai menghasilkan uang saat bekerja keras dari pagi hingga petang, mengangkut air dari danau dengan kedua embernya. Ia menuangkan kedalam tangki penyimpanan terbuat dari beton yang telah dibangun penduduk desa itu. Setiap pagi ia harus bangun sebelum orang lain bangun supaya bisa memastikan ada cukup air bagi penduduk desa saat mereka memerlukannya. Ia harus bekerja keras, tapi ia sangat senang karena bisa menghasilkan uang dan karena mendapatkan salah satu kontrak eksklusif dalam bisnis penyediaan air itu.
Pemegang kontrak kedua, Billy, beberapa saat menghilang. Ia tidak terlihat selama berbulan-bulan, yang membuat Edo sangat bahagia karena ia jadi tidak punya saingan. Edo mendapat semua pemasukan.
Bukannya membeli dua ember untuk bersaing dengan Edo, Billy membuat rencana usaha, mendirikan perusahaan, mendapatkan empat penanam modal, mengangkat seorang presidan eksekutif untuk untuk menjalankan usahanya, dan kembali enam bulan kemudian dengan kru bangunan. Dalam waktu satu tahun timnya telah membangun jaringan pipa baja antikarat bervolume besar yang menyambungkan desa dengan danau.
Pada pesta pembukaan, Billy mengumumkan bahwa airnya lebih bersih daripada air produksi Edo. Billy tahu ada banyak keluhan tentang kotoran dalam air Edo. Billy juga mengumumkan bahwa ia bisa memasok air untuk desa selama 24 jam sehari. Tujuh hari seminggu. Sementara Edo hanya mampu mengantarkan air pada hari kerja, ia tidak bekerja pada akhir pekan. Lalu Billy mengumumkan bahwa ia akan memberikan harga 75 % lebih murah daripada harga yang dipasarkan Edo untuk sumber airnya yang berkualitas lebih tinggi dan lebih bisa diandalkan. Penduduk desa bersorak sorai dan langsung berlari ke kran di ujung saluran pipa Billy.
Supaya bisa bersaing, Edo langsung menurunkan harganya sebanyak 75 %, membeli dua ember lagi, menambahkan penutup pada ember-embernya, dan mulai mengangkut empat ember satu kali jalan. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, ia mempekerjakan kedua anak laki-lakinya untuk membantunya melakukan giliran kerja malam dan pada akhir pekan. Ketika mereka pergi sekolah ke perguruan tinggi, Edo berkata pada mereka, “ Cepatlah kembali karena suatu saat bisnis ini akan menjadi milik kalian.”
Entah kenapa, setelah lulus perguruan tinggi, kedua putranya tak pernah kembali. Akhirnya Edo mendapat masalah-masalah kepegawaian. Serikat pekerja menuntut kenaikan gaji, peningkatan tunjangan, dan ingin anggotanya hanya mengangkut satu ember sekali jalan.
Billy di lain pihak, sadar bahwa jika desa itu membutuhkan air berarti desa-desa yang lain juga membutuhkannya. Ia menulis ulang rancangan bisnisnya dan pergi untuk menjual sistem penyaluran air bersihnya yang berkecepatan tinggi, bervolume besar, dan berbiaya rendah ke desa-desa di seluruh dunia. Memang ia hanya mendapatkan satu penny untuk setiap ember yang ia salurkan. Tapi ia mengirimkan miliaran ember air setiap hari, dan semua uang itu mengalir ke dalam rekening banknya. Billy telah membangun saluran pipa untuk mengalirkan uang bagi dirinya sendiri selain untuk menyalurkan air ke desa-desa.
Billy hidup santai dan kaya raya selamanya, sementara edo bekerja keras seumur hidupnya dan selalu mempunyai masalah finansial. Tamat.

(…………..disadur oleh Muhammadun dari buku The Cashflow Quadrant karya Robert T. Kiyosaki).

0 komentar:

 

Makalah Motivasi Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template